Makalah:
Filsafat Ilmu
Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi
By:
Ramlan
Pakaya
321410016
English Department
Letter and Culture Faculty
Gorontalo State University
Bab
I
PENDAHULUAN
Ilmu dan filsafat
Ilmu
merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai
pendidika lanjutan da perguruan tinggi, pengetahuan di mulai rasa ingin tahu,
sedangkan berfilsafat adalah dorongan
untuk mengeetahui apa yang telah kita tahu,seorang ilmuan tidak puas lagi
mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri,dia ingin meliaht ilmu
dalam konstelasi pengetahuan yang lainya, dia ingin tahu kaitan ilmu dengan
moral, kaitan ilmu dengan agama, dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa
kebahagiaan keoada dirinya.
Berfilsafat
adalah merendahkan hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kemestaan yang seakan tak terbatas ini.berfilsafat berarti mengoreksi
diri,semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita
jangkau.Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh, Seorang filsafat dapat
diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang,
dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan galaksi. Atau seseorang
yang yang berdiri di puncak bukit tinggi,memandang ke ngarai dalam lembah di
bawahnya.
Perkembangan filsafat ilmu itu terus berlanjut dalam konteks postmodernisme, dimana konstruksi,
struktur dan paradigma menjadi berkembang berkelanjutan; selalu terjadi
rekonstruksi berkelanjutan, terjadi dekonstruksi, berkembang pemikiran post
struktural dan post paradigmatik, dan logika study berkembang menjadi non standar
logic.
Filsafat Ilmu sebagaimana dimaksud di atas adalah bertugas
memberi landasan filosofis untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori
sesuatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan
dari disiplin ilmu masing-masing, agar dapat menampilkan substantif.Selanjutnya
secara teknis diterapkan dengan dibentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat
mengoperasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disilpin
ilmu masing-masing.
Filsafat dan Ilmu
adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai proses
berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material dan obyek formal.
Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak (dunia empirik) maupun
yang tidak tampak (alam metafisik).Sementara Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu
obyek material dan obyek formal.Obyek materialnya adalah alam nyata misalnya
tubuh manusia untuk ilmu kedokteran, planet untuk ilmu astronomi dan lain
sebagainya.Sedangkan obyek formalnya adalah metoda untuk memahami obyek
material misalnya pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat Ilmu memiliki empat obyek telaahan.Dua obyek
menelaah substansinya, dan dua obyek lainnya menelaah instrumentasinya.Dua yang
pertama (telaah substansi) adalah Fakta atau kenyataan; dan kebenaran.Sedangkan
dua yang terakhir (telaah instrumentasi) adalah Uji konfirmasi;
dan Logika Inferens.Filsafat Ilmu
sebagaimana dimaksudkan di atas memiliki cabang-cabang utama ataupun
dasar-dasar utama filsafat ilmu yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Bab II
PEMBAHASAN
Ontology
Ontology dalam bahasa
inggris ‘ontology’, berakar dari bahasa yunani ‘on’ berarti ada dan ‘ontos’
berarti keberadaan. Sedangka ‘logos’ berarti pemikiran (dikutip oleh Suparlan
suhartono : Lorens Bagus 2000 dalam Latif, 2010). Dalam pengertian lain, Ontologi berasal dari kata on= ada ,dan logos =teory, jadi ontology adalah teory tentang
keberadaan atau dalam istilah lain ontology berasal dari kata ontos yang
artinya sesuatu yang terwujud dan logos adalah teory jadi ontology adalah teory
tentang yang ada. Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi
tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh
filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas
yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.Ontologi
membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal.Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya.
Di antara lapangan
penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno adalah Ontologi sebab persoalan
paling awal dalam permulaan pemikiran Yunani adalah pemikiran di bidang
Ontologi. Pemikiran paling tua dalam kaitannya dengan Ontologi adalah pemikiran
Thales atas air yang adalah merupakan substansi terdalam yang merupakan asal
mula dari segala sesuatu.
Sesungguhnya berbicara
tentang Ontologi adalah berbicara tentang hakikat ataupun kenyataan (realita)
sesuatu yang ada, baik yang jasmani maupun yang rohani.Hanya saja yang menjadi
persoalan adalah pembicaraan tentang hakikat ataupun kenyataan (realita)
sesuatu sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada.Hakikat adalah realitas; realitas adalah ke-real-an. Riil artinya kenyataan
yang sebenarnya.Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya tentang sesuatu, bukan
kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
-Karekteristik Ontology
Beberapa karekteristik ontolgi antara lain dapat
disederhanakan sebagai berikut ( Suparlan: 128: 2004 ):
a. Ontology adalah studi tentang
“ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya
sendiri menurut bentuknya yang paling abstrak.
b. Ontology adalah cabang filsafat
yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan
menggunakan kategori-kategori seperti: atau menjadi, aktualitas atau
potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan,
ruang dan waktu, perubahan dan sebagainya.
c. Ontologi adalah cabang filsafat
yang mencoba melukiskan hakekat terakhir yang ada, yaitu yang satu, yaitu
absolute, bentuk abadi, sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang bergantung
kepadaNya.
d. Cabang filsafat yang mempelajari
suatu realitas apakah nyata atau semu, dan sebagainya.
Dari pembahasan
tersebut obyek formal dari Ontologi adalah hakikat seluruh realita, ada dua
pendekatan yang dilakukan oleh para Filosoph yaitu Pendekatan Kuantitatif dan
pendekatan kualitatatif. Pendekatan Kuantitatif adalah realitas tampil dalam
kuantitas atau jumlah. Dalam hal ini telaahnya akan bisa di bagi menjadi
Monoisme, paralelisme/dualisme, dan pluralism, sedangkan Pendekatan Kualitatif
adalah pendekatan yang realitas tampilnya tidak dalam bentuk jumlah, tetapi
dalam bentuk kualitas. Pendekatan ini melahirkan beberapa aliran yaitu
materialism, idealism, naturalism dan hylomorphisme.
Epistimologi
Kata epistimologi
bearasal dari kata ”episteme” yang berarti pengetahuan dan ” logos” yang
berarti teory, jadi epistimologi berarti pengetahuan teory. Dalam ilmu filsafat epistimologi merupakan
cabang filsafa yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal-usul
pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan, jika kita telaah maka
dapat dipahami bahwa prinsipnya epistemologi adalah bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan dan batas-batas, sifat, metode dan keahlian pengetahuan. Epistimology
adalah suatu cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi
penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan.Pada dasarnya epistimolgi adalah
cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya
menggunakan metode ilmiah,sedangkan metode adalah tata cara dari suatu kegiatan
berdasarkan perrencanaan yang matang dan mapan, sistematis dan logis.
Dalam ilmu
epistimologi dapat di klasifikasikan antara lain berpikir deduktif dan
induk-tif berpikir
deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat
konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpulkan sebelumnya.pada prkembangannya secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan
yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan.
Amsal Bakhtiar mengemukakan hal yang hampir
sama,beliau menyatakan bahwa
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki dan yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana
cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu dan bagaimana melakukan pembenaran
terhadapnya.
Adapun beberapa teori yang menjelaskan kebenaran epistemologis yaitu:
·
Teori
korespondensi.
Paham yang mengatakan bahwa suatu pernyataan itu benar, jika
makna yang dikandungnya sungguh-sungguh merupakan halnya. Kebenaran atau
keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang
dimaksudkan oleh sustu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan
halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya.
Penganut
paham korespondensi berpendapat bahwa semua pengetahuan dan pembenaran yang
diyakini itu sepenuhnya berlandaskan pada pengetahuan dan pembenaran
noninferensial.Maksudnya : Pembenaran hari ini turun hujan dimaksudkan hanya
membenarkan turun hujan; tetapi tidak ada maksud meramalkan bahwa hari lain
dengan kondisi yang sama akan juga turun hujan.
·
Teori
koherentisisme
Paham yang mengatakan suatu proposisi cenderung benar jika
proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi
yang lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling
berhubungan dengan pengalaman kita.
Penganut
paham koherentisisme yang memandang bahwa yang diyakini itu tidak akan terlepas
dari lingkaran dari semua yang diyakini. Yang diyakininya : tampilan kaya akan
dihormati. Jajan di warung Tegal tak mau.Dikenal orang miskin tak mau, malu
dikira miskin pula.Menurut teori ini sesuatu yang diyakini itu tidak terlepas
dari keseluruhan sistem yang diyakininya, sehingga pembenaran terhadap sesuatu
yang diyakini, dapat dilacak keterkaitannya dengan keseluruhan sistem yang
diyakininya.
·
Teori
empirisme
Paham ini mendasarkan
diri atas berbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman
inderawi seseorang.
·
Teori
pragmatisme
Semua penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam
salah satu konsekuensi.Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional (manfaat) dalam kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut yang diperoleh
manusia melalui akal, indera, dan lain sebagainya mempunyai metode tersendiri
dalam teori pengatahuan. Ada sejumlah teori untuk
mendapatkannya yaitu metode induktif ,metode deduktif,metode
positifisme,metode konteflatif,dan metode diagletis.
Aksiologi
Kata
aksiologi berasal dari kata“axios”yang berarti nilai dan “logos”
yang berarti teori, jadi dapat di jabarkan bahwa aksiologi adalah teori tentang
nilai,.sedangkan menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct yang berarti tindakan
moral,bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika,yang berikutnya yaitu esthetic
exepressiona yang bearti
ekspresi keindahan,bidang ini melahirkan keindahan,terakhir adalah sosio
political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik.
Berdasarkan pada beberapa definisi-definisi mengenai
aksiologi yang telah di jabarkan di atas, kita dapat memahami dengan jelas
bahwa permasalahan utama dalam hal ini adalah nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika.
Dalam sudut pandang ilmu pengetahuan aksiologi
dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik
tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas
pengetahuan (value free). Sebaliknya, ada jenis pengetahuan yang
didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value
bound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan
dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai.
Sebuah keniscayaan, bahwa seorang
ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat. Nilai-nilai yang juga harus
melekat pada ilmuwan, sebagaimana
juga dicirikan sebagai manusia modern sebagai berikut:
o Nilai Teori
Manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional, orientasinya pada ilmu dan teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru.
o
Nilai Sosial
Dalam kaitannya dengan nilai sosial, manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik,
menghargai profesionalisasi,
menghargai prestasi, bersikap positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai hak-hak asasi perempuan.
o
Nilai
Ekonomi
Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi, manusia modem dicirikanoleh tingkat produktivitas yang tinggi, efisien menghargai waktu, terorganisasikan
dalam kehidupannya, dan penuh perhitungan.
o
Nilai Pengambilan Keputusan
Manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat, dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi;
o
Nilai Agama
Dalam hubungannya dengan nilai agama, manusia modem Dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik, analitis sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai lawan dari sikap mistis
(Suriasumantri, 1986, Semiawan,C 1993).
Bab 3
KESIMPULAN
Cabang-cabang dan dasar-dasar utama daripada Filsafat Ilmu
adalah ontology, epistimologi dan aksiologi.
ü Ontologi
adalah studi tentang yang ada, kenyataan atau realita, pada dataran studi
filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal.
ü Epistimology adalah
suatu cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap
kebenaran dan kepalsuan.Pada dasarnya epistimolgi adalah cara bagaimana
pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan
metode ilmiah,sedangkan metode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan
perrencanaan yang matang dan mapan, sistematis dan logis.
ü Aksiologi
adalah teori tentang nilai, menurut
Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct yang berarti tindakan moral, bidang ini melahirkan
disiplin khusus yakni etika, yang berikutnya yaitu esthetic exepressiona yang bearti ekspresi keindahan, bidang
ini melahirkan keindahan, terakhir adalah sosio political life, yaitu
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Daftar pustaka
Suriasumantri., Jujun. (2005). Filsafat
Ilmu sebagai pengantar popular. Jakarta: Pustaka sinar harapan
Hida, T. (2012, March 14) Dimensi Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan. Retrieved from http://filsafat.kompasiana.com/2012/03/07/dimensi-aksiologi-dalam-filsafat-pendidikan/
Latief, N (2010, maret 27) Filsafat Manajemen. Retrieved from http://nafiuddinlatief.blogspot.com/
Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi (nd). Retrieved from http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/03/filsafat-ilmu-ontologi-epistemologi-dan.html#ixzz13wdf5MYM/.