Contoh Makalah: Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi

05.48


Makalah: Filsafat Ilmu

Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi

By:
Ramlan Pakaya
321410016


1. UNG_Warna.jpg







 

English Department

Letter and Culture Faculty

Gorontalo State University


Bab I
PENDAHULUAN
Ilmu dan filsafat
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidika lanjutan da perguruan tinggi, pengetahuan di mulai rasa ingin tahu, sedangkan  berfilsafat adalah dorongan untuk mengeetahui apa yang telah kita tahu,seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri,dia ingin meliaht ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainya, dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama, dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan keoada dirinya.
Berfilsafat adalah merendahkan hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini.berfilsafat berarti mengoreksi diri,semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh  sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh, Seorang filsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan galaksi. Atau seseorang yang yang berdiri di puncak bukit tinggi,memandang ke ngarai dalam lembah di bawahnya.
Perkembangan filsafat ilmu itu terus berlanjut dalam  konteks postmodernisme, dimana konstruksi, struktur dan paradigma menjadi berkembang berkelanjutan; selalu terjadi rekonstruksi berkelanjutan, terjadi dekonstruksi, berkembang pemikiran post struktural dan post paradigmatik, dan logika study berkembang menjadi non standar logic.
Filsafat Ilmu sebagaimana dimaksud di atas adalah bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dari disiplin ilmu masing-masing, agar dapat menampilkan substantif.Selanjutnya secara teknis diterapkan dengan dibentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disilpin ilmu masing-masing.
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak (dunia empirik) maupun yang tidak tampak (alam metafisik).Sementara Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu obyek material dan obyek formal.Obyek materialnya adalah alam nyata misalnya tubuh manusia untuk ilmu kedokteran, planet untuk ilmu astronomi dan lain sebagainya.Sedangkan obyek formalnya adalah metoda untuk memahami obyek material misalnya pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat Ilmu memiliki empat obyek telaahan.Dua obyek menelaah substansinya, dan dua obyek lainnya menelaah instrumentasinya.Dua yang pertama (telaah substansi) adalah Fakta atau kenyataan; dan kebenaran.Sedangkan dua yang terakhir (telaah instrumentasi) adalah Uji konfirmasi; dan Logika Inferens.Filsafat Ilmu sebagaimana dimaksudkan di atas memiliki cabang-cabang utama ataupun dasar-dasar utama filsafat ilmu yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.





Bab II
PEMBAHASAN

Ontology
Ontology dalam bahasa inggris ‘ontology’, berakar dari bahasa yunani ‘on’ berarti ada dan ‘ontos’ berarti keberadaan. Sedangka ‘logos’ berarti pemikiran (dikutip oleh Suparlan suhartono : Lorens Bagus 2000 dalam Latif, 2010). Dalam pengertian lain,  Ontologi berasal dari kata on= ada ,dan logos =teory, jadi ontology adalah teory tentang keberadaan atau dalam istilah lain ontology berasal dari kata ontos yang artinya sesuatu yang terwujud dan logos adalah teory jadi ontology adalah teory tentang yang ada. Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno adalah Ontologi sebab persoalan paling awal dalam permulaan pemikiran Yunani adalah pemikiran di bidang Ontologi. Pemikiran paling tua dalam kaitannya dengan Ontologi adalah pemikiran Thales atas air yang adalah merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Sesungguhnya berbicara tentang Ontologi adalah berbicara tentang hakikat ataupun kenyataan (realita) sesuatu yang ada, baik yang jasmani maupun yang rohani.Hanya saja yang menjadi persoalan adalah pembicaraan tentang hakikat ataupun kenyataan (realita) sesuatu sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada.Hakikat adalah realitas; realitas adalah ke-real-an. Riil artinya kenyataan yang sebenarnya.Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya tentang sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
-Karekteristik Ontology
Beberapa karekteristik ontolgi antara lain dapat disederhanakan sebagai berikut ( Suparlan: 128: 2004 ):
a. Ontology adalah studi tentang “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri menurut bentuknya yang paling abstrak.
b. Ontology adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti: atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan dan sebagainya.
c. Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakekat terakhir yang ada, yaitu yang satu, yaitu absolute, bentuk abadi, sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang bergantung kepadaNya.
d. Cabang filsafat yang mempelajari suatu realitas apakah nyata atau semu, dan sebagainya.
Dari pembahasan tersebut obyek formal dari Ontologi adalah hakikat seluruh realita, ada dua pendekatan yang dilakukan oleh para Filosoph yaitu Pendekatan Kuantitatif dan pendekatan kualitatatif. Pendekatan Kuantitatif adalah realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah. Dalam hal ini telaahnya akan bisa di bagi menjadi Monoisme, paralelisme/dualisme, dan pluralism, sedangkan Pendekatan Kualitatif adalah pendekatan yang realitas tampilnya tidak dalam bentuk jumlah, tetapi dalam bentuk kualitas. Pendekatan ini melahirkan beberapa aliran yaitu materialism, idealism, naturalism dan hylomorphisme.
Epistimologi
Kata epistimologi bearasal dari kata ”episteme” yang berarti pengetahuan dan ” logos” yang berarti teory, jadi epistimologi berarti pengetahuan teory. Dalam ilmu filsafat epistimologi merupakan cabang filsafa yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal-usul pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan, jika kita telaah maka dapat dipahami bahwa prinsipnya epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan dan batas-batas, sifat, metode dan keahlian pengetahuan. Epistimology  adalah suatu cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan.Pada dasarnya epistimolgi adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah,sedangkan metode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perrencanaan yang matang dan mapan, sistematis dan logis.
Dalam ilmu epistimologi dapat di klasifikasikan antara lain berpikir deduktif dan induk-tif berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpulkan sebelumnya.pada prkembangannya secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan.
Amsal Bakhtiar mengemukakan hal yang hampir sama,beliau  menyatakan bahwa Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki dan yang  menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu dan bagaimana melakukan pembenaran terhadapnya.
Adapun beberapa teori yang menjelaskan kebenaran epistemologis yaitu:
·         Teori korespondensi.
Paham yang mengatakan bahwa suatu pernyataan itu benar, jika makna yang dikandungnya sungguh-sungguh merupakan halnya. Kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh sustu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya.
Penganut paham korespondensi berpendapat bahwa semua pengetahuan dan pembenaran yang diyakini itu sepenuhnya berlandaskan pada pengetahuan dan pembenaran noninferensial.Maksudnya : Pembenaran hari ini turun hujan dimaksudkan hanya membenarkan turun hujan; tetapi tidak ada maksud meramalkan bahwa hari lain dengan kondisi yang sama akan juga turun hujan.
·         Teori koherentisisme
Paham yang mengatakan suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi yang lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita.
Penganut paham koherentisisme yang memandang bahwa yang diyakini itu tidak akan terlepas dari lingkaran dari semua yang diyakini. Yang diyakininya : tampilan kaya akan dihormati. Jajan di warung Tegal tak mau.Dikenal orang miskin tak mau, malu dikira miskin pula.Menurut teori ini sesuatu yang diyakini itu tidak terlepas dari keseluruhan sistem yang diyakininya, sehingga pembenaran terhadap sesuatu yang diyakini, dapat dilacak keterkaitannya dengan keseluruhan sistem yang diyakininya.
·         Teori empirisme
Paham ini  mendasarkan diri atas berbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi seseorang.
·         Teori pragmatisme
Semua penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu konsekuensi.Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional (manfaat) dalam kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan lain sebagainya mempunyai metode tersendiri dalam teori pengatahuan. Ada sejumlah teori untuk mendapatkannya yaitu metode induktif ,metode deduktif,metode positifisme,metode konteflatif,dan metode diagletis.

Aksiologi
Kata aksiologi berasal dari kata“axios”yang berarti nilai dan “logos” yang berarti teori, jadi dapat di jabarkan bahwa aksiologi adalah teori tentang nilai,.sedangkan menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct yang berarti tindakan moral,bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika,yang berikutnya yaitu esthetic exepressiona yang bearti ekspresi keindahan,bidang ini melahirkan keindahan,terakhir adalah sosio political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Berdasarkan pada beberapa definisi-definisi mengenai aksiologi yang telah di jabarkan di atas, kita dapat memahami dengan jelas bahwa permasalahan utama dalam hal ini adalah nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Dalam sudut pandang ilmu pengetahuan aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya, ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai.
Sebuah keniscayaan, bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat. Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuwan, sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern sebagai berikut:
o   Nilai Teori
Manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional, orientasinya pada ilmu dan teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru.
o   Nilai Sosial
Dalam kaitannya dengan nilai sosial, manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik, menghargai profesionalisasi, menghargai prestasi, bersikap positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai hak-hak asasi perempuan.
o   Nilai Ekonomi
Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi, manusia modem dicirikanoleh tingkat produktivitas yang tinggi, efisien menghargai waktu, terorganisasikan dalam kehidupannya, dan penuh perhitungan.
o   Nilai Pengambilan Keputusan
Manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat, dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi;
o   Nilai Agama
Dalam hubungannya dengan nilai agama, manusia modem Dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik, analitis sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri, 1986, Semiawan,C 1993).

Bab 3
KESIMPULAN

Cabang-cabang dan dasar-dasar utama daripada Filsafat Ilmu adalah ontology, epistimologi dan aksiologi.
ü  Ontologi adalah studi tentang yang ada, kenyataan atau realita, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.
ü   Epistimology  adalah suatu cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan.Pada dasarnya epistimolgi adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah,sedangkan metode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perrencanaan yang matang dan mapan, sistematis dan logis.
ü  Aksiologi adalah teori tentang nilai, menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct yang berarti tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika, yang berikutnya yaitu esthetic exepressiona yang bearti ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan, terakhir adalah sosio political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.












Daftar pustaka
Suriasumantri., Jujun. (2005). Filsafat Ilmu sebagai pengantar popular. Jakarta: Pustaka sinar harapan
Hida, T. (2012, March 14) Dimensi Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan. Retrieved from http://filsafat.kompasiana.com/2012/03/07/dimensi-aksiologi-dalam-filsafat-pendidikan/

Latief, N (2010, maret 27) Filsafat Manajemen. Retrieved from http://nafiuddinlatief.blogspot.com/




Artikel Terkait

Previous
Next Post »